[KETOLAK 7 KALI, AKHIRNYA LOLOS UTUL UGM]

[KETOLAK 7 KALI, AKHIRNYA LOLOS UTUL UGM]

Rasanya baru kemarin ya, pengumuman penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN sudah bisa diakses. Sebagian mungkin bisa santai dan bernapas lega “wah, semudah ini ya masuk universitas?” -pikir mereka yang ‘diterima’. Namun bagi ‘sebagian besar’ yang lain, harus bisa melapangkan dada dengan lebar atas tanda merah yang dilihatnya di layar. Aku sendiri pun, termasuk kelompok yang ‘gagal’ di SNMPTN, termasuk orang yang ‘susah’ dan tak kunjung mendapatkan tempat kuliah tiga tahun yang lalu. Mungkin bisa jadi, momen belum dapat tempat studi lanjutan dahulu adalah momen ‘titik terendah’ dalam hidupku.

Sesuai judul yang kutuliskan, aku mengalami 7 kali kegagalan melalui berbagai jalur, sebelum akhirnya diterima di kampusku saat ini. Jalur yang menurutku adalah jalur terakhir aku dapat diterima di PTN. Bahkan sebelum dinyatakan diterima pun, aku sudah mencari brosur-brosur jurusan di PTS. Sebetulnya pada awal penerimaan mahasiswa melalui jalur rapor, aku ‘iseng’ mendaftar di STTT Bandung, dan sebenarnya aku sudah dinyatakan diterima melalui seleksi berkas. Aku bisa langsung mendaftar ulang saat itu. Pendaftaran STTT adalah saat-saat jauh sebelum berbagai tes seleksi masuk PT dilaksanakan. Oh iya, mungkin buat yang belum tahu, STTT adalah Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di Bandung. Aku diterima di jurusan Teknik Tekstil kalau tidak salah. Lagi-lagi coba-coba berhadiah. Aku hampir mendaftar ulang dan siap untuk pergi ke Bandung, namun keputusan itu ditentang oleh Pakdhe. Singkat cerita, aku tidak jadi mendaftar ulang. Dan inilah beberapa kegagalan² pahit yang harus kuterima setelahnya :

1. SNMPTN 

Di tahunku dahulu, tidak semua siswa bisa berkesempatan mendaftarkan dirinya di jalur SNMPTN/ melalui jalur rapot ini. Entahlah bagaimana sistem seleksinya, tapi berdasarkan rumor-rumor dan sebatas yang aku dan teman-temanku perbincangkan, SNMPTN berlaku untuk mereka yang indeks nilainya tidak pernah mengalami penurunan/fluktuatif, atau dengan kata lain selalu meningkat. Ada juga yang bilang, kalau jalur ini adalah mereka yang dalam 3 tahun semasa SMA selalu menduduki rangking setengah teratas. Jadi misal ada 300 murid, yang lolos berkas adalah 150 teratas. Tapi aku juga tidak tahu pastinya. Singkat cerita, aku mendaftar Teknik Fisika ITS, Fisika ITS, dan Pendidikan Fisika UNESA. Padahal, dulu aku kerap kali diberitahu jangan memilih jurusan yang sama dengan anak yang memiliki nilai yang lebih tinggi, karena peluang untuk sama² diterima akan kecil. Dan saat itu, ada 1 anak yang nilainya lebih tinggi dari nilaiku dan memilih jurusan yang sama pada pilihan pertama, tapi aku tetap kekeuh dengan pilihan pertamaku. Dan hasilnya sudah bisa ditebak. Yap, aku tidak diterima. Aku juga menyadari bahwa nilai fisikaku semasa SMA tidak terlalu bagus, jadi aku bisa menerima kegagalanku di jalur ini. Aku ingat betul saat membuka pengumuman, saat itu jam 3 sore, teman-temanku bilang koneksinya tidak stabil. Aku santai saja langsung membuka web pengumuman dan entah kenapa koneksiku saat itu sangat stabil, dan untuk pertama kalinya aku melihat kegagalan pertamaku. Saat melihat tanda merah, aku menangis sambil menutupi wajahku dengan bantal. Aku tak mampu berkata apapun saat itu. Aku segera menenangkan diri dan berharap semoga ‘jalur itu’ bisa membuahkan hasil yang baik.

2. PMDK PENS 

Kegagalanku selanjutnya adalah melalui jalur PMDK, jalur ini hampir sama dengan jalur SNMPTN namun hanya diperuntukkan untuk politeknik saja. Sewaktu mendaftar PMDK, aku tidak ingat mendaftar di jurusan apa. Saat membuka pengumuman aku saat itu berada di Perpustakaan Daerah. Aku membukanya dengan santai, lalu di layar ponsel tertulis ‘tidak diterima’. “oh, nggak diterima, hmm yaudah” -pikirku dengan santai.

3. PBOS UGM 

Inilah ‘jalur itu’ yang kumaksud, yang aku harapkan bisa berakhir baik. PBOS UGM adalah jalur melalui seleksi rapot dan sertifikat prestasi untuk UGM, kepanjangan dari Penelusuran Bibit Olahraga dan Seni (*kalau tidak salah). Aku mengetahui jalur ini dari salah satu kakak kelasku SMA yang terlebih dahulu sudah diterima. Di jalur ini selain aku mengirimkan berkas nilai rapot, aku juga melampirkan sertifikat Paduan Suara saat SMA dahulu. (Iya, aku gini-gini juga pernah ikut padus, lho, ya walopun cm mentok sampe kelas 11, wkwk). Di jalur ini aku memilih jurusan Teknik Fisika dan Teknik Kimia. Aku hampir gagal ketika akan mendaftar jalur ini, bahkan aku mengupload syarat lampiran video pada pukul 23.52 sebelum waktu deadline. Ketika berhasil mengunggahnya, aku bernapas lega. “Oh, Tuhan, sepertinya Engkau merestui, apakah ini jalan untukku?” -pikirku. Tapi aku bersikap bodoh dan begitu menyia-nyiakan jalur ini. Singkat cerita, seleksi berkasku dinyatakan lolos. Namun,pada hari-hari sebelum tes dilaksanakan.. aku.. tidak belajar sama sekali dan menganggap ‘remeh’ tes seleksi PBOS. Memang jalur PBOS hanya mengujikan beberapa mata pelajaran seperti TPA, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris (tanpa SAINTEK, tidak seperti SBMPTN). “Memang bisa sesusah apa?” -begitu pikiranku yang begitu congkak. Aku berangkat ke Jogja dengan diantar keluarga. Sewaktu tes aku ‘merasa’ aku melewatinya dengan baik, padahal realitanya tidak juga. Ketika membuka pengumuman, aku langsung menangis tersedu-sedu, setengah berteriak, histeris, tidak bisa berpikir jernih. Kesedihanku berkali-kali lipat lebih sedih ketimbang aku melihat pengumuman SNMPTN beberapa hari yang lalu. Aku berpikir PBOS akan bisa mengobati kesedihanku saat melihat pengumuman SNMPTN dahulu, namun nyatanya tidak, bahkan lebih parah. Dinyatakan tidak lolos di jalur PBOS UGM adalah salah satu patah hati terdalamku.

4. STAN 

Kalo ini kebodohan yang hakiki sih, wkwk. Aku memang setengah hati mendaftar STAN, kalo di game kayaknya aku udah AFK duluan bahkan sebelum bertempur :D. Aku sudah mengikuti rangkaian proses seleksi berkas, tapi nggak ikut ujian seleksi WKWKWKWK. Hari tes seleksi STAN saat itu adalah hari Minggu, dimana hari Sabtu sebelumnya aku baru saja kembali dari Yogyakarta setelah tes PBOS UGM. Masih ngantuk dan bangun kesiangan, yasudah mari kita lanjut tidur lagi :D.

5. SBMPTN 

Sewaktu memilih jurusan di jalur SBMPTN, aku sudah tidak tahu lagi. Dipikiranku hanya ada Tekfis, Tekfis, dan Tekfis. Aku ingat saat itu-aku memilih asal²an-setengah tidak niat. Aku mendaftar di sela-sela jam istirahat bimbingan belajar. Aku memilih Teknik Fisika ITS, Manajemen dan Bisnis ITS, dan Gizi Kesehatan UB. Iya, sangat ‘acak’ dan tidak linier memang. Yang aku baru tau setelah submit data adalah… pilihanku dari atas memiliki peluang semakin kecil. (Aku tidak tahu sekarang, tapi dahulu ada semacam buku dari bimbel mengenai passing grade tiap jurusan). Jadi Tekfis ITS memiliki peluang sekitar 6%, ManBis ITS 4%, dan Gizi UB 1,5% :)) Aku jelas-jelas telah menggali lubangku sendiri, singkat kata aku ‘bunuh diri’ :). Dengan kebodohanku memilih asal²an jurusan masa depan dan kemampuanku yang pas-pasan dalam menjawab soal-soal ketika tes, aku sudah memprediksi bahwa aku gagal. Ketika aku membuka hasilnya pun, aku tak semangat, mungkin, hanya berharap keajaiban akan terjadi? Aku membuka web pengumuman dengan menumpang wifi di teras rumah guru lesku yang berada di dekat rumah. Koneksinya lagi-lagi lancar, aku sudah ‘tatag’ melihat garis merah. Aku menangis sebentar, bahkan mengabadikan momen itu lewat ponsel sembari mengirim pesan ke grup teman-teman SMA-ku, “guys, aku nggak diterima, hehe.. kalian gimana?” -begitu tulisku di bawah foto dengan ekspresi yang berkaca-kaca yang baru saja aku kirim. Aku kemudian turut bahagia ketika mendengar kedua temanku lolos SBMPTN, lucunya, mereka diterima di jurusan yang sama. Itu berarti mereka akan kembali bertemu, wkwk. Kemudian, salah satu temanku menghubungi juga, “gimana?” “emm, nggak ketrima. kon yaopo? (kamu gimana?)” “Alhamdulillah, ketrimo ITS” “wah, Alhamdulillah, selamat cuuy!” “iyo, tapi jek gak sreg ambek jurusane (iya, tapi masih nggak cocok sama jurusannya). yowes gakopo, aku yakin kon ngkok ketrimo UGM (aku yakin kamu nanti ketrimanya di UGM)” “haha, iyo, Aamiin, suwon ya” hmm, UGM ya?who knows, let’s see…

6. MANDIRI UNS 

Ujian mandiri UNS saat itu adalah memakai nilai SBMPTN, saat itu aku sudah membayar biaya pendaftaran, sudah memilih jurusan, namun tidak ada follow-up kabar lagi. Tapi aku sudah mengasumsikan ‘oh, yasudah gagal lagi’

7. MANDIRI UNAIR 

Lagi-lagi memakai nilai SBMPTN, dan tidak ada tes seleksi mandiri dari kampus, aku pesimis, tapi tetap coba mendaftar. Hasil keluar, lagi-lagi tanda merah :)

UTUL UGM 

Setelah melalui kegagalan² yang terus terjadi. Aku pun merenung. Setelah mendapatkan intuisi bahwa aku tidak diterima di SBMPTN, UTUL UGM adalah my last chance. Dua minggu sebelum ujian. Ketika memilih jurusan, aku berhati-hati. Tidak ingin salah langkah kembali. Kembali berpikir, “apa memang benar Tekfis jalannya?”. Hanya berbekal pada ‘eh ternyata beberapa soal kimia lebih mudah dikerjain ya daripada soal fisika?’ Akhirnya aku memutuskan berubah haluan, memutuskan memilih jurusan yang sebetulnya semasa SMA aku membencinya dengan amat sangat; yaitu Kimia. Aku memutuskan memilih jurusan Kimia di pilihan pertama dan Teknologi Pangan di pilihan kedua, dengan mempertimbangkan 3 hal : 1. Peluang diterima di Kimia lebih besar daripada Teknologi Pangan, karena peminat jurusan TP sangat banyak. 2. Aku menyerah soal Tekfis, tapi karena aku anak IPA dan lebih tidak bisa biologi, maka Kimia adalah satu-satunya pilihan yang mungkin. 3. Aku (secara ajaib) banyak dan bisa mengerjakan soal-soal kimia di buku latihan :). Sewaktu ujian, aku pesimis kembali, rasanya aku kurang banyak dalam mengerjakan soal, merasa tidak mengerjakannya dengan baik. Waktu pengumuman pun, dari yang semula jam 8 malam dirilis, diundur menjadi jam 10 malam. Mama yang tidak ingin melihatku kepikiran, akhirnya malah membawa kami sekeluarga jalan-jalan malam itu. Aku kemudian membuka web pengumuman dengan ponsel Mama, karena jaringannya lebih bagus. Aku berdoa, terus berdoa, hingga aku melihat tanda hijau. YA, TANDA HIJAU!! BUKAN MERAH LAGI!! Aku segera memberitahu Mama bahwa anaknya sudah resmi menjadi mahasiswa. Aku menangis terharu, lega, tapi juga sekaligus bingung ‘lalu, bagaimana selanjutnya?’ Tapi, aku ingin menikmati sejenak momen keberhasilan itu. Segera menghubungi teman SMA yang diterima di UGM. Masuk grup angkatan SMA yang di UGM, grup mahasiswa yang berkuliah di Jogja, grup angkatan Kimia, menambahkan official account ‘BEM KM FMIPA UGM’, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan ‘mahasiswa baru vibe’

Mama yang sebelumnya setengah merestui Kakak yang merantau di Malang, kini (harus) merestui anak keduanya yang akan berkuliah di Jogja (lebih jauh lagi, wkwk).

Jadi, buat teman-teman yang mungkin sudah melewati masa itu semua, selamat, kamu hebat! Dan mungkin untuk teman-teman yang akan melewati masa-masa itu, yang sewaktu kemarin bukan jalannya diterima di SNMPTN, selamat berjuang di jalur SBMPTN yang akan kamu hadapi sebentar lagi! Juga jangan menyerah untuk terus ikhtiar di jalur-jalur yang lain. Kalo aku bisa, aku yakin kamu juga!

Terimakasih sudah membaca tulisanku:) Baca juga tulisan-tulisanku yang lainnya di Random Berfaedah, ya! :D

Komentar