Contoh Analisis Tajuk Rencana

Analisis Tajuk Rencana Pers Papan Atas dan Menengah

Teks 1 
Menjaga Eksistensi Nelayan Tradisional
Ketegasan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menenggelamkan kapal-kapal asing perompak ikan mendapat apresiasi luas. Kebijakan itu strategis sebagai upaya mengamankan potensi laut kita dari serbuan nelayan asing. Kedaulatan kelautan perlu dilindungi dan dijaga dari jarahan orang luar. Hasil tangkapan nelayan kini semakin tidak menguntungkan.
Padahal Menteri Susi menyebut Indonesia memiliki pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Apa hendak dikata, meski memiliki pantai terpanjang, jumlah ekspor hasil laut berada di peringkat ketiga di Asia Tenggara. Jumlah nelayan juga mengalami penurunan. Menteri Susi dalam silaturahmi akademik ke Undip menyebut jumlah nelayan tradisional tinggal 800 ribu orang atau menyusut 50 persen dalam waktu sepuluh tahun hingga 2013. Bahkan 115 eksportir hasil laut dalam satu dekade bangkrut. Kondisi ini menjadi tengara semakin banyak nelayan yang pindah pekerjaan.
Kian menipisnya hasil tangkapan ini membuat nelayan semakin jauh berlayar ke tengah lautan. Bahkan menimbulkan peluang menggunakan alat yang melanggar hukum seperti pukat harimau dan bom ikan. Cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan dan eksploitatif itu membuat populasi ikan semakin sedikit pada masa mendatang. Ikan-ikan belum dewasa turut terjaring dan mati, sehingga tangkapan nelayan di tepian maupun tengah laut menjadi tidak berkesinambungan.
Ditambah lagi adanya nelayan asing dengan alat lebih modern dan bobot kapal berlebih leluasa menguras hasil laut. Karena itu, kebijakan menenggelamkan kapal ikan asing di wilayah perairan Indonesia menjadi fenomenal. Menteri Susi mendapat dukungan luas, meski tak sedikit dikritik terutama dari pihak dirugikan atas kebijakan tersebut. Walaupun banyak negara tetangga marah, Susi tak gentar karena memiliki daftar data dan fakta kapal tersebut masuk wilayah Indonesia. Tidak ada kompromi bagi pelaku penangkapan ikan secara ilegal.
Praktik tersebut hanya akan menguras kekayaan laut secara membabi buta. Kapal-kapal asing berbendera Thailand, Filipina, Malaysia, Tiongkok, dan Australia yang tidak bisa diajak negosiasi ditindak tegas. Tak hanya bagi kapal asing, nelayan Indonesia yang melanggar peraturan turut diproses hukum. Meski diprotes sejumlah nelayan, Susi jalan terus karena mendapat informasi adanya pelanggaran. Kita tentu mendukung upaya untuk menjaga kelestarian habitat dan populasi laut dari perilaku yang tidak benar. Termasuk larangan pemerintah bagi penangkap ikan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan.
Di sisi lain tak ada salahnya pemerintah mendengar aspirasi masyarakat nelayan, bahwa kebijakan itu tidaklah menguntungkan bagi semua pihak. Kebijakan tersebut mestinya disosialisasikan dulu disertai solusi agar nelayan tetap terjaga eksistensinya.

Tajuk Rencana Menengah “Suara Merdeka”
Rangkuman :
Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tegas menenggelamkan kapal-kapal asing perompak ikan. Hal ini disebabkan banyaknya kapal asing dengan alat lebih modern dan bobot kapal berlebih leluasa menguras hasil laut. Nelayan pribumi terpaksa harus menuju tengah laut dan tak jarang memakai alat yang melanggar hukum seperti pukat harimau dan bom ikan. Populasi ikan pun kian menipis tiap harinya. Jumlah nelayan juga mengalami penurunan. Kebijakan Susi, tak hanya untuk kapal asing. Kapal dalam negeri yang melanggar juga akan mendapat sanksi tegas.
Keberpihakan :
Dalam tajuk, penerbit menunjukkan keberpihakannya kepada pemerintah. Dibuktikan dengan kalimat :
·         Ketegasan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menenggelamkan kapal-kapal asing perompak ikan mendapat apresiasi luas.
·         Menteri Susi mendapat dukungan luas, meski tak sedikit dikritik terutama dari pihak dirugikan atas kebijakan tersebut.
·         Tak hanya bagi kapal asing, nelayan Indonesia yang melanggar peraturan turut diproses hukum.
·         Meski diprotes sejumlah nelayan, Susi jalan terus karena mendapat informasi adanya pelanggaran.
Bahasa yang digunakan :
·         Memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan
Bukti :
-          Di sisi lain tak ada salahnya pemerintah mendengar aspirasi masyarakat nelayan, bahwa kebijakan itu tidaklah menguntungkan bagi semua pihak. Kebijakan tersebut mestinya disosialisasikan dulu disertai solusi agar nelayan tetap terjaga eksistensinya.
·         Pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”.
Bukti :
-          Kapal-kapal asing yang tidak bisa diajak negosiasi ditindak tegas. Tak hanya bagi kapal asing, nelayan Indonesia yang melanggar peraturan turut diproses hukum. Meski diprotes sejumlah nelayan, Susi jalan terus karena mendapat informasi adanya pelanggaran. Kita tentu mendukung upaya untuk menjaga kelestarian habitat dan populasi laut dari perilaku yang tidak benar. Termasuk larangan pemerintah bagi penangkap ikan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan.


Teks 2
Respons Segera Kisruh Nelayan
Aksi mogok massal ribuan nelayan dan pelaku usaha perikanan yang kian membesar harus segera disikapi dengan bijaksana oleh pemerintah.
Kita tak boleh membiarkan kekisruhan ini berkembang berlarut-larut dan memunculkan ekses yang tak kita inginkan. Kita melihat pemerintah terkesan lambat merespons.
Yang memprihatinkan, kemelut kian dipertajam oleh benturan di tingkat elite, dengan adanya friksi antara Kementerian Koordinator Kemaritiman yang menghendaki dibuka lebar investasi asing di sektor ini serta Kementerian Kelautan dan Perikanan yang ingin perbaikan dan peningkatan kinerja usaha perikanan di dalam negeri.
Aksi mogok sejumlah asosiasi pelaku usaha perikanan dan nelayan beberapa waktu terakhir ini sebenarnya buntut dari kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk membenahi sektor ini. Pemilik kapal dan nelayan mengeluhkan larangan cantrang dan alat tangkap pukat, sementara untuk mengganti alat tangkap, mereka terkendala pendanaan dan akses ke kredit perbankan. Penertiban oleh aparat dikeluhkan cenderung mengkriminalisasi nelayan cantrang.
Kebijakan alih muatan kapal (transshipment) juga diprotes pelaku usaha perikanan di Cibitung dan Bali. Kebijakan yang ditempuh KKP untuk mengatasi persoalan di lapangan juga cenderung reaktif dan tak menyelesaikan masalah. Belakangan, pabrik pengolahan ikan juga menghentikan kegiatan operasionalnya sebagai reaksi terhadap kebijakan Perum Perindo menaikkan tarif sewa lahan 460 persen dan memperpendek jangka waktu sewa dari 20 tahun menjadi 5 tahun, yang dianggap tidak memberi kepastian usaha.
Pemerintah perlu mengurai persoalan yang dihadapi pelaku usaha perikanan dengan bijaksana. Beberapa kebijakan pemerintah, yang sebenarnya bertujuan baik untuk menjaga kesinambungan perikanan dan meningkatkan produktivitas, memunculkan keresahan karena kurangnya sosialisasi dan kurang mempertimbangkan kesiapan mereka yang menjadi target dari kebijakan. Akibatnya, bukan berdampak langsung pada kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha perikanan, melainkan justru mengancam.
KKP berjanji membantu memfasilitasi pemilik kapal memperoleh kredit penggantian alat tangkap, tetapi dalam praktiknya mereka masih sulit mengakses fasilitas ini. Kita juga tidak bisa mencegah nelayan menjual ikan hasil tangkapan ke kapal asing jika industri pengolahan belum berkembang dan tak ada yang menampung ikan tangkapan mereka di dalam negeri pada harga kompetitif. KKP perlu turun tangan ke lapangan mengatasi kendala yang ada.
Arogansi dalam pendekatan sebaiknya juga ditinggalkan. Pemerintah dan Perum Perindo harus tetap membuka ruang dialog dan mendengarkan kesulitan dan kendala yang dihadapi pelaku usaha perikanan dalam menerapkan aturan baru tersebut. Kita tak menginginkan kemelut berlarut-larut justru berakibat kita kehilangan fokus dalam percepatan pembangunan industri perikanan di dalam negeri. Kesejahteraan dan kelangsungan hidup pelaku industri, khususnya nelayan, harus menjadi perhatian utama.

Tajuk Rencana Pers Papan Atas “Kompas”
Rangkuman :
Aksi mogok nelayan dan pelaku usaha perikanan harus segera disikapi oleh pemerintah. Mereka memprotes adanya kebijakan tentang larangan penggunaan alat tangkap cantrang dan pukat. Sementara untuk mengganti alat tangkap, mereka terkendala pendanaan dan akses ke kredit perbankan. Belum lagi benturan di tingkat elite, dengan adanya friksi antara Kementerian Koordinator Kemaritiman yang menghendaki dibuka lebar investasi asing di sektor ini. seakan berlawanan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang ingin perbaikan dan peningkatan kinerja usaha perikanan di dalam negeri. Kita tak menginginkan kemelut berlarut-larut justru berakibat kita kehilangan fokus dalam percepatan pembangunan industri perikanan di dalam negeri. Kesejahteraan dan kelangsungan hidup pelaku industri, khususnya nelayan, harus menjadi perhatian utama.
Keberpihakan :
Dalam tajuk, penerbit menunjukkan keberpihakannya kepada nelayan. Dibuktikan dengan kalimat :
·         Aksi mogok massal ribuan nelayan dan pelaku usaha perikanan yang kian membesar harus segera disikapi dengan bijaksana oleh pemerintah.
·         Kita melihat pemerintah terkesan lambat merespons.
·         Aksi mogok sejumlah asosiasi pelaku usaha perikanan dan nelayan beberapa waktu terakhir ini sebenarnya buntut dari kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk membenahi sektor ini.
·         Pemilik kapal dan nelayan mengeluhkan larangan cantrang dan alat tangkap pukat, sementara untuk mengganti alat tangkap, mereka terkendala pendanaan dan akses ke kredit perbankan.
·         Kebijakan yang ditempuh KKP untuk mengatasi persoalan di lapangan juga cenderung reaktif dan tak menyelesaikan masalah.
·         Pemerintah perlu mengurai persoalan yang dihadapi pelaku usaha perikanan dengan bijaksana.
·         Beberapa kebijakan pemerintah yang betujuan baik, kurang disosialisasikan dengan nelayan dan berakibat pada terancamnya posisi nelayan.
·         Kesejahteraan dan kelangsungan hidup pelaku indutri, khususnya nelayan, harus menjadi perhatian utama.
Bahasa yang digunakan :
·         Normatif
Bukti :
-          Pemerintah perlu mengurai persoalan yang dihadapi pelaku usaha perikanan dengan bijaksana. Beberapa kebijakan pemerintah, yang sebenarnya bertujuan baik untuk menjaga kesinambungan perikanan dan meningkatkan produktivitas, memunculkan keresahan karena kurangnya sosialisasi dan kurang mempertimbangkan kesiapan mereka yang menjadi target dari kebijakan. Akibatnya, bukan berdampak langsung pada kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha perikanan, melainkan justru mengancam.
·         Hati-hati
Bukti :
-          Arogansi dalam pendekatan sebaiknya juga ditinggalkan. Pemerintah dan Perum Perindo harus tetap membuka ruang dialog dan mendengarkan kesulitan dan kendala yang dihadapi pelaku usaha perikanan dalam menerapkan aturan baru tersebut. Kita tak menginginkan kemelut berlarut-larut justru berakibat kita kehilangan fokus dalam percepatan pembangunan industri perikanan di dalam negeri. Kesejahteraan dan kelangsungan hidup pelaku industri, khususnya nelayan, harus menjadi perhatian utama.

Komentar