Contoh Analisis Teks Eksplanasi

Analisis Teks Eksplanasi

Fatamorgana

Text Box: Per-nya-taan  Umum          Fatamorgana adalah suatu bayangan semu (tidak nyata) yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. 1.Meski pun begitu, fatamorgana juga biasa terjadi 2.dijalan. Kata fatamorgana diambil dari bahasa Italia yang mulanya diambil dari nama saudari Raja Arthur, Fayele 3.morgana, yang konon katanya ia merupakan seorang peri yang dapat berubah bentuk.
          4.Seringkali, Fatamorgana terlihat menyerupai danau ataupun air yang berminyak. Ini sebenarnya adalah pantulan dari langit karena udara yang panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. 
Text Box: Isi          Fatamorgana terjadi karena adanya perbedaan kerapatan antara udara dingin dan udara 5.panas. udara dingin memiliki kerapatan lebih pekat dan lebih berat dibandingkan udara panas. Kenyataannya, lapisan udara panas yang ada di dekat tanah terperangkap oleh lapisan udara yang lebih dingin di atasnya. Cahaya 6.di biaskan secara horizontal dan pandangan akhirnya berjalan ke atas karena pengaruh pemantulan internal total.
          Pemantulan internal total (total internal reflection) adalah proses pemantulan 7.sebekas cahaya pada permukaan batas antara satu medium dengan medium lain yang indeks biasnya lebih kecil, jika sudut datang ke medium kedua melebihi suatu sudut kritis tertentu. Dengan demikian, cahaya berjalan di dalam medium yang memiliki indeks bias yang tinggi seperti air, kaca, dan plastik ke medium yang memiliki indeks bias lebih rendah seperti udara. 8.Akibat, gambar dengan sifat semu dan terbalik akan membentuk fatamorgana. 

Menganalisis Teks Eksplanasi “Fatamorgana”
1.    STRUKTUR TEKS
·         Teks eksplanasi tersebut tidak memliki struktur yang lengkap. Karena meskipun terdapat pernyataan umum dan isi, namun tak ada penutup.
·         Pernyataan umum terdapat pada paragraf 1 dan 2, sedangkan isi terdapat pada paragraf 3 dan 4.

2.    KAIDAH PENULISAN
1)   Kata “Meski pun” pada nomor 1 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD bagian penulisan kata.
Alasan          : Partikel pun harus terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh         : Siapa pun yang datang tidak dibukakan pintu.
Namun, ada beberapa kata yang sudah dianggap padu benar maka partikel pun ditulis serangkai, misalnya : adapun, andaipun, bagaimanapun, kalaupun, meskipun, walaupun, sekalipun, sungguhpun. Maka, penulisan “meski pun” pada teks SALAH, yang BENAR adalah “meskipun”.

2)   Kata “dijalan” pada nomor 2 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan di dan ke.
Alasan          : Penulisan di dan ke sebagai kata depan dipisahkan dengan kata dasarnya. Penulisan di sebagai kata depan berlaku jika kata setelahnya merupakan kata keterangan yang menunjukkan tempat.
Contoh         : di kamar, di Jakarta, dan di rumah.
Karena ‘jalan’ merupakan kata kata keterangan yang menunjukkan tempat, maka penggunaan di pada kata “dijalan” adalah SALAH. Yang BENAR adalah dipisah menjadi “di jalan”.

3)   Kata “morgana” pada nomor 3 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD bagian penulisan huruf kapital.
Alasan          : Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Contoh         : Betris Candra
Pada penulisan “Fayele morgana” pada teks eksplanasi diatas SALAH. Karena “morgana” merupakan nama orang maka yang BENAR adalah “Fayele Morgana”.

4)   Kata “Seringkali, Fatamorgana” pada nomor 4 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD bagian penulisan huruf kapital.
Alasan          : Tidak ada buku yang menjelaskan kata setelah tanda (,) diawali dengan huruf kapital. Apalagi, kata “Fatamorgana” masih berada di tengah kalimat.
Maka, penulisan “Seringkali, Fatamorgana” pada teks eksplanasi diatas adalah SALAH. Yang BENAR adalah “Seringkali, fatamorgana”

5)   Kata “panas. udara” pada nomor 5 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan menurut EYD bagian penulisan huruf kapital.
Alasan          : Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat.
Kata “udara” pada teks eksplanasi diatas merupakan awal kalimat, karena ditandai dengan adanya tanda baca (.) sebelumnya. Maka penulisan “panas. udara” adalah SALAH. Yang BENAR adalah “panas. Udara”.

6)   Kata “di biaskan” pada nomor 6 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan di dan ke.
Alasan          : Penulisan di dan ke sebagai awalan ditulis secara langsung tanpa dipisahkan dengan kata dasarnya. Penulisan di dan ke sebagai awalan berlaku jika kata setelahnya merupakan kata kerja.
Contoh         : dipukul, didera, ditolong, dimakan, dan ditipu.
Karena ‘bias’ merupakan kata kerja, maka penggunaan di pada kata “di biaskan” adalah SALAH. Yang BENAR adalah digabung menjadi “dibiaskan”.

7)   Kata “sebekas” pada nomor 7 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan bagian kesesuaian dengan konteks kalimat.
Alasan          : “sebekas” mempunyai awalan se- dan kata dasar “bekas”. Bekas menurut kamus lengkap bahasa Indonesia berarti tanda yang ditinggalkan ; jejak ; kesan. Padahal kata selanjutnya adalah “cahaya”. Kata “bekas” dan “cahaya” tidak mempunyai korelasi. Maka, kata “sebekas” diganti menjadi “seberkas” yang mempunyai kata dasar “berkas”. Berkas menurut kamus lengkap bahasa Indonesia berarti gabungan ; terikat jadi satu. Sehingga, makna dari kata “seberkas cahaya” adalah gabungan cahaya yang menjadi satu.
Maka, penulisan kata “sebekas” pada teks eksplanasi diatas SALAH. Yang BENAR adalah “seberkas” .

8)   Kata “Akibat” pada nomor 8 SALAH karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan penggunaan klitika.
Alasan          : Kata “akibat” pada teks eksplanasi diatas tidak menjelaskan ‘hal apa yang mengakibatkan’ gambar dengan sifat semu dan terbalik akan membentuk fatamorgana. Padahal yang menyebabkannya adalah cahaya berjalan di dalam medium yang memiliki indeks bias yang tinggi seperti air, kaca, dan plastik ke medium yang memiliki indeks bias lebih rendah seperti udara. Kata “akibat” harus ditambah dengan klitika –nya sebagai pengganti ‘hal apa yang mengakibatkan’ atau pengganti ‘benda’  agar kalimat tersebut menjadi padu.
Maka kata “akibat” pada teks adalah SALAH. Yang BENAR adalah “akibatnya”.


Mengevaluasi Teks Eksplanasi “Fatamorgana”
1.    EVALUASI
          Menurut saya, teks eksplanasi “Fatamorgana” cukup bagus. Berisi tentang informasi fakta tentang fenomena alam fatamorgana. Hanya saja strukturnya kurang lengkap, hanya ada pernyataan umum dan isi, namun tidak ada penutup maupun interpretasi. Pada kaidah penulisan juga banyak kata yang tidak sesuai dengan EYD serta penggunaan tanda bacanya masih ada yang kurang tepat. Teks eksplanasi “Fatamorgana” juga kurang terdapat istilah ilmiah yang biasanya terdapat pada teks eksplanasi kebanyakan untuk lebih menambah informasi atau ilmu untuk para pembaca. Maka dari itu, pada evaluasi sudah akan saya tambahkan.
2.    PEMBETULAN TEKS
                                                Fatamorgana
          Fatamorgana adalah suatu bayangan semu (tidak nyata) yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamorgana juga biasa terjadi di jalan. Kata fatamorgana diambil dari bahasa Italia yang mulanya diambil dari nama saudari Raja Arthur, Fayele Morgana, yang konon katanya ia merupakan seorang peri yang dapat berubah bentuk.
           Seringkali, fatamorgana terlihat menyerupai danau ataupun air yang berminyak. Ini sebenarnya adalah pantulan dari langit karena udara yang panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. 
          Dalam peristiwa fatamorgana terdapat suatu konsep fisika yang kadang terlupakan yaitu konsep pembiasan. Dalam kajian fisika, prinsip terjadinya fatamorgana berawal dari proses pembiasan yang terjadi pada dua medium melalui lapisan-lapisan udara yag memiiki perbedaan suhu. 
          Fatamorgana terjadi karena adanya perbedaan kerapatan antara udara dingin dan udara panas. Udara dingin memiliki kerapatan lebih pekat dan lebih berat dibandingkan udara panas. Kenyataannya, lapisan udara panas yang ada di dekat tanah terperangkap oleh lapisan udara yang lebih dingin di atasnya. Cahaya dibiaskan secara horizontal dan pandangan akhirnya berjalan ke atas karena pengaruh internal total.
          Pemantulan internal total (total internal reflection) adalah proses pemantulan seberkas cahaya pada permukaan batas antara satu medium dengan medium lain yang indeks biasnya lebih kecil, jika sudut datang ke medium kedua melebihi suatu sudut kritis tertentu. Dengan demikian, cahaya berjalan di dalam medium yang memiliki indeks bias yang tinggi seperti air, kaca, dan plastik ke medium yang memiliki indeks bias lebih rendah seperti udara. Akibatnya, gambar dengan sifat semu dan terbalik akan membentuk fatamorgana.  
          Fatamorgana ada 2 macam yaitu fatamorgana superior dan inferior. Fatamorgana superior terjadi di atas cakrawala. Sedangkan fatamorgana inferior lebih sering terjadi di sekitar  kita.
          Secara ilmiah, fatamorgana digolongkan dalam fenomena alam yang unik, karena terbentuk dari proses alamiah yang membentuk suatu hal yang indah di alam. Seringkali, masyarakat yang tidak paham proses terjadinya fatamorgana, beranggapan bahwa hall itu disebabkan oleh kelelahan mata, namun sebenarnya fatamorgana dapat dilihat tanpa kelelahan mata, bahkan dapat difoto secara langsung.

Komentar