Contoh Tajuk Rencana


Eksistensi Perpustakaan Sekolah

Keberadaan perpustakaan di sekolah dianggap seperti ruang kosong dan fungsinya sebagai gudang ilmu menjadi terabaikan. Laporan statistika dari perwakilan murid yang menunjukkan kurangnya minat baca siswa dianggap angin lalu dan tak segera ditanggapi oleh pihak berwenang. Para siswa mengeluhkan berbagai macam kekurangan dari perpustakaan. Mulai dari tempat, koleksi buku, dan fasilitasnya.

Perpustakaan yang terletak di lantai dua tepat di atas kantin. Terhitung jauh bila diukur dari kelas tiga yang terletak di bagian depan sekolah. Penempatan perpustakaan disana dianggap tidak strategis.
Koleksi buku yang ada di perpustakaan juga banyak yang berdebu, lama, dan tidak diperbarui. Halaman-halaman bukunya sudah kuning. Buku pelajarannya masih mengacu pada KTSP 2006. Bahkan ada buku tahun 1995 yang masih bertahan. Sama saja pada buku bacaan. Tidak ada novel terbaru. Hanya ada novel sejarah tentang perjuangan rakyat Indonesia dahulu melawan penjajah.

Fasilitas pada perpustakaan juga jauh dari kata cukup untuk kategori sekolah favorit. Ruang bacanya panas dan pengap. Tidak ada AC di dalamnya. Ruangan lebih luas yang dibatasi pintu, tidak boleh dimasuki siswa untuk alasan yang tidak jelas. Penyediaan internet atau wifi juga tidak ada disana. Dua buah komputer yang ada disana juga hanya dibiarkan tak terpakai dan hanya berfungsi sebagai pajangan. Kondisi yang memprihatinkan seperti ini, dibiarkan begitu saja oleh pihak sekolah.

Kebijakan perpustakaan dalam waktu pengembalian buku juga diprotes para siswa karena terbilang singkat. Seorang siswa, hanya boleh meminjam dua buku dan harus dikembalikan dalam kurun waktu seminggu. Belum lagi bila ada keterlambatan. Bila terlambat sehari dari tanggal pengembalian, siswa dikenai denda dengan membayar Rp 500,00/buku. Padahal rata-rata siswa meminjam buku pelajaran yang pasti dipakai lebih dari seminggu bahkan berbulan-bulan.

Pihak sekolah perlu menangani persoalan perpustakaan dengan bijaksana. Pemindahan perpustakaan yang sebelumnya berada di aula, memang bertujuan baik agar sekolah tetap mempunyai aula. Hanya saja penempatannya kurang strategis dan berakibat pada siswa yang enggan membaca bahkan malas mengunjungi perpustakaan.


Tak ada salahnya pihak sekolah mendengar aspirasi dari siswa. Mulai dari pemberian AC di perpustakaan, pembaruan koleksi buku bacaan maupun pelajaran yang tidak ketinggalan zaman, penambahan waktu pengembalian, dan penyediaan fasilitas internet. Hal-hal tersebut memang tidak mudah dilaksanakan, tetapi bisa direalisasikan secara bertahap. Menumbuhkan minat siswa berkunjung dan membaca di perpustakaan harus menjadi perhatian utama. 

Komentar