[JANGAN MUDAH PERCAYA DENGAN ORANG LAIN]

[JANGAN MUDAH PERCAYA DENGAN ORANG LAIN]

(disclaimer : please do not concern to the 'who were included' in this story, but concern to the 'substances', disini aku nggak mencantumkan ini terjadi di sekolah/ di tempat les/ tempat lain, jadi nggak perlu menebak 'ini siapa', atau turut menghujat sikapnya, sekali lagi fokus pada pelajaran yang bisa diambil aja ya!:) selamat membaca!)

Mungkin kalo di film-film atau novel detektif, mesti bilangnya "don't trust anyone" ada benernya, tapi ya nggak sepenuhnya jadi nggak percaya-an sama orang lain juga sih, hehe.. mungkin kalau dari aku sendiri, "don't easily trust others" 

Kalo dulu waktu aku SD, aku punya sahabat yang selalu aku ceritain keluh kesahku dan bahkan aku juga cerita tentang *uhuk-uhuk* seseorang yang aku suka di kelas. Yaaa, masih suka-suka an gitu lah, nggak yang serius. Cuma sebatas 'oh iya aku suka' gitu. 

Dan pengalaman pahitku bermula di masa-masa awal SMP. Waktu perkenalan dan momen ketika aku bertemu seseorang, dengan polosnya aku berpikir bahwa 'she is the one' aku berpikir bahwa, dia adalah calon teman yang akan menjadi sahabatku semasa SMP. Dari awal perkenalan, dia anaknya baiiik banget, dan mudah akrab juga sama orang lain. Emm, sebut saja Weker (karna awal kenal, yang padahal kita belum terlalu akrab tapi aku sudah menghadiahi dia jam weker). Selang beberapa minggu aku mengenal sosoknya, aku mulai mempercayai dia penuh. Akhirnya, aku mulai menceritakan kepada dia mengenai segala hal. Termasuk, seseorang yang ku suka. Dan sekali lagi, bukan yang bener-bener 'cinta' tapi cuma sekadar 'suka' aja, yah namanya juga masih anak SMP barusan puber. Aku menceritakan kepada Weker bahwa anak yang kusuka itu ada di kelas sebelah, kita berasal dari SD yang sama, dan setiap aku berjalan bersama Weker lalu aku melihat anak yang kusuka, aku menunjuk-nunjuk dia kemudian memberi isyarat pada Weker kalo, 'itu loh, anaknya, aww malu bangett' (iyaa, bikin geli emang)

Beberapa waktu kemudian, Weker mulai dekat dengan 2 teman sekelasku yang lain. Kita sering duduk bersama untuk makan bekal atau sekadar jalan ke kantin. Namun, lama kelamaan aku merasa 'agak' kurang nyaman dengan mereka. Bukan, bukan karena mereka jahat atau apa, hanya saja aku merasa tidak cocok dengan mereka. Seakan, kita memiliki frekuensi yang berbeda. Dan ketika bersama mereka, aku merasa seperti aku menjadi orang lain dan tidak bertingkah seperti aku yang biasanya (aku merasa aku tidak menjadi diri sendiri saat bersama mereka). Hingga pada akhirnya, entah memang aku yang ditinggalkan atau aku memutuskan pergi, aku mulai berbaur dan mencari 'teman lain'. Dan aku bersyukur, setelah aku tidak bersama Weker dan 2 temannya, aku menemukan teman lain yang cocok denganku. Aku mulai menerima keadaanku saat itu, mungkin memang Weker bukanlah orangnya, sepolos itu aku menganggap bahwa mudah saja menemukan seorang sahabat. Aku berpikir bahwa semua sudah berjalan semestinya, tapi ternyata aku salah. 

The worst part dari kisahku dengan Weker dan 2 temannya adalah... Ketika aku masih bersama mereka, kita duduk berempat bersama, aku, Weker, dan 2 teman sekelasku, entah kenapa waktu itu kami saling bertukar cerita, dan hingga di ujung obrolan aku didesak untuk menceritakan orang yang kusuka oleh salah satu teman Weker. Dia memintaku untuk tak hanya mempercayai Weker, tapi juga mempercayai mereka, lalu aku hanya mengiyakan dan mulai jujur pada mereka. Aku menceritakan semua rahasiaku pada mereka, termasuk nama orang yang kusuka, kelas orang yang kusuka, padahal saat itu kelas kami dengan orang yang kusuka bersebelahan.

Aku ingat betul bahwa saat itu adalah jam istirahat, kami sudah naik kelas 8/9 (aku agak lupa persisnya kelas berapa). Tiba-tiba aku melihat adik dari orang yang kusuka mampir menuju kelasku. Dia sudah berada di depan kelas. Tak ada yang aneh saat itu, hingga salah satu teman sekelasku-teman Weker yang baru, ternyata mengenal adik dari orang yang kusuka (junior kami), dan dia menariknya untuk dia ajak mengobrol. Tak ada yang kucurigai saat itu, hingga aku melihat dengan jelas, dia saat itu mengobrol sambil menunjuk²ku yang berada dalam kelas dan dia benar-benar 'mengadu' bahwa aku menyukai kakaknya. Mungkin kurang lebih seperti, "Eh, tau gak sih kamu, kalo temenku ada yang suka sama kakakmu, tuh liat orangnya yang duduk disana". 

Pikiranku kacau. Kacau sekali saat itu. Aku benar-benar malu saat itu. Rasanya, ingin langsung pulang ke rumah dan menumpahkan seluruh air mata. Jika wajahku terbuat dari kertas, aku ingin segera merobeknya karena tidak tahan atas rasa malu itu. 

Aku tau aku benar-benar bodoh untuk mempercayai seseorang yang belum lama ku kenal, tapi apakah aku pernah memiliki salah pada kalian sehingga kalian bisa bertindak seperti ini? Aku benar-benar tidak tahu jawabannya. 

Pada akhirnya tidak ada kelanjutan cerita antara aku dengan anak yang ku suka di kelas sebelah (teman SD ku). Aku benar-benar menghindarinya dan tak pernah menyapanya lagi sampai aku lulus SMP, padahal kami adalah teman SD. Dan aku juga tidak pernah mengungkapkan perasaanku, nyatanya itu hanya rasa suka anak yang baru mengawali SMP, memang bisa sedalam apa? Bahkan mungkin adiknya telah memberitahunya bahwa aku menyukai dia, sehingga dia juga tidak ingin lagi berurusan denganku. 

Kabar orang yang pernah kusuka sekarang? Sepertinya dia baik² saja, terakhir kali aku mengetahui kabarnya dia sudah mempunyai pacar. Entah jika sekarang. Jika aku bisa meluruskan padanya, "maaf jika kamu mendengar kabar yang aneh mengenai diriku. Dan jika boleh aku mengartikan 'suka' saat itu hanyalah suka²an anak SD dan aku hanya menggunakanmu sebagai objek obrolan "anak perempuan dengan sahabatnya", tidak lebih"

Di masa sekarang aku hanya berpikir, bahwa mungkin saat itu salah satu teman Weker tidak bermaksud menceritakan rahasiaku, dia hanya berbicara santai dengan adik junior kami yang kebetulan adik dari orang yang kusuka, dan mungkin salah satu teman Weker (yang juga teman sekelasku) hanya menganggap bahwa setiap hal yang dia bicarakan itu hanya gurauan dan tidak bermaksud menyakiti hatiku. Weker dan temannya tidak salah, aku mrnyadari itu. Aku tau disini akulah yang salah karena telah menceritakan rahasiaku pada mereka di tempat pertama. 

Sejak saat itu, pengalaman pahit benar-benar bisa menjadi guru yang ampuh bagiku. Sewaktu SMA dan berkenalan dengan teman sekelas, aku tidak lagi membicarakan sesuatu hal yang 'rahasia' pada seseorang yang meskipun aku sudah menganggapnya dekat sekalipun, apapun itu, aku benar-benar trauma akan kejadian di waktu SMP yang pernah aku alami dulu. 

Sekarang yang harus kulakukan tentu saja berdamai. Berdamai pada setiap kejadian yang telah terjadi. Berdamai dengan Weker dan temannya. Berdamai dengan rasa traumaku. Berdamai dengan rasa malu. Berdamai dengan kesalahan-kesalahanku yang tidak bisa diperbaiki namun tidak boleh kuulangi di masa depan. And life must go on. 

Di tulisan ini aku sama sekali tidak berniat untuk menjelek²an siapapun. Aku hanya ingin berpesan bahwa... 

"Jangan mudah mempercayai orang lain yang baru kamu kenal apalagi sampai menceritakan rahasiamu padanya. Karna manusia itu mudah berubah dan hubungan tiap individu itu dinamis. Bisa saja yang sekarang menjadi kawan, di kemudian hari dapat menjadi lawan:)"

Terimakasih sudah membaca kisahku:) dan sampai jumpa di tulisan-tulisan lainnya di Random Berfaedah! :)

Komentar