[Balada si Pemilik Bakat Nanggung]

Definisi nanggung aku artikan sebagai "nggak buruk² amat" dan "nggak jago² amat". Yup, benar. Memiliki bakat yang nanggung membuat kita dilema saat akan menentukan karir nantinya. 

Apakah aku cukup hebat di bidang ini sehingga aku fokus disitu saja? atau
Apakah aku harus menerima pekerjaan ini walaupun tidak terlalu minat dan menjadikan bakatku sebagai hobi saja?

Dalam contoh sederhana, aku memberikan contoh bakat nanggung yang ada di diriku sendiri. Yaitu menulis. Seseorang pernah membaca tulisanku dan dia mengatakan bahwa tulisanku bagus. Walau aku tahu seseorang yang merupakan teman dekatku itu akan selalu mengapresiasi apapun karyaku karena 'aku'lah yang membuatnya. Ya, penilaian yang bias. Seseorang lain yang merupakan teman dari teman juga pernah membaca tulisanku dan memujinya. Disitu aku merasa mendapat kesenangan tersendiri saat ada orang lain yang bahkan tidak ku kenal mengapresiasi karyaku. 

Aku tidak meyakini tulisanku merupakan tulisan yang bagus karena nyatanya pada tahun 2017, aku pernah mengajukan novel pada salah satu penerbit dan kemudian mendapat penolakan karena ceritaku merupakan Cerita Biasa alias ya nggak ada spesial²nya. Aku juga pernah mengirim tulisan pendek pada tim redaksi, namun juga mengalami kegagalan. Walaupun tulisanku belum tergolong tulisan yang bagus, menurutku sendiri aku mampu menbuat tulisan yang sistematis alias berurutan dan (mungkin) enak dibaca. Itulah yang membuatku menganggap bahwa bakat menulis di diriku adalah bakat yang nanggung. Nggak buruk² amat, tapi juga nggak jago² amat. 

Meskipun bakat adalah hal yang sifatnya sudah ada sejak lahir, tapi aku tetap berkeyakinan bahwa setiap bakat itu harus diasah. Oh iya, satu hal lagi, bakat juga harus dipertemukan dengan adanya kesempatan. Mengutip novel Laskar Pelangi misalnya, 

"Banyak orang yang berusaha mati-matian menemukan bakatnya dan banyak pula yang menunggu seumur hidup agar bakatnya atau dirinya ditemukan, tapi lebih banyak lagi yang merasa dirinya berbakat padahal tidak. Bakat menghinggapi orang 
tanpa diundang. Misalnya saja salah seorang tukang nasi bebek di Surabaya ternyata berbakat menjadi komposer besar seperti Zuybin Mehta. Namun, mereka sendiri tak pernah mengetahui hal itu."

Tukang nasi bebek itu tak pernah menyadari bahwa ia memiliki bakat menjadi komposer besar sehingga ia hanya sibuk berjualan bebek karena tak pernah memiliki kesempatan untuk memegang alat musik. Kita pun mungkin bisa bernasib sama dengan tukang bebek itu. Setelah lulus SMA dan masuk di jurusan yang mungkin kurang diminati, kemudian mencari pekerjaan karena kebutuhan alias tidak ingin menjadi beban keluarga (re : harus segera dapat penghasilan dan hidup mandiri) sehingga mungkin kita melewatkan bakat asli yang ada di diri kita. 

Jadi, di dalam tulisan ini. Teruntuk kalian si pemilik bakat nanggung sepertiku, aku percaya bahwa kita masih memiliki waktu yang panjang untuk mencari. Bagus jika kamu sudah memiliki bakat yang bisa kamu asah hingga sampai ke tahap profesional, namun yang "belum", kita masih bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Karena menurutku, tidak ada kata terlambat untuk mempelajari hal yang baru. 😄

13 Juni 2021, 01.21.
(ditulis saat tidak bisa tidur)

Komentar